Magang di EJEF: Being an amateur tourism planner

'tiktiktiktik' terdengar bunyi ketikan berkali-kali, terdengar pula sesekali orang mengobrol dari kejauhan, yang berkali-kali pun ada orang mengoceh di sekitarku. Sayup-sayup orang mendengkur juga kudengar. Sekarang (hingga bulan Maret lebih tepatnya) beginilah suasana yang aku temui pada hari Senin - Jumat.

Sampai Maret nanti, aku menjalani pemagangan keduaku. Tapi bukan itu yang ingin aku ceritakan sekarang. Saat ini, kalian akan membaca mengenai magang pertama yang kujalani.

Magang pertama yg kujalani adalah di EJEF, East Java Ecotourism Forum, Forum Ekowisata Jawa Timur lah gampangnya, dari bulan Oktober - Desember. Itu memang bukan pilihan awalku, awalnya aku memilih di sini, di tempat magangku yang kedua ini, yang suasananya berbeda sekali saat aku magang di EJEF. Di mana? Nanti ya, cerita tentang ini menyusul. Padahal udah sering ya aku update instastory tentang pemaganganku kali ini hehehe, Ya intinya, kali ini memang aku ingin fokus menceritakan pengalaman magangku yang pertama aja✌️✌️

Tim Magang EJEF, here we go


Lanjut yaaaaa, EJEF ini merupakan mitra dari INDECON (Indonesia Ecotourism Network) yang fokusnya memang di Jawa Timur. Kantor pusat EJEF berlokasi di Malang. Namun, lokasi magangku bukan di Malang, tapi di Situbondo. That's why bulan Oktober - Desember kemarin, aku terdampar di Situbondo bersama ketiga temanku.

Kalau diingat-ingat nih, rasanya belum lama aku menginjakkan kakiku lagi di Situbondo. Ah tidak-tidak, lebih jauh lagi, perasaan belum lama ini aku dan teman-temanku datang pertama kali ke kantor pusat EJEF dan disuruh berangkat ke Situbondo esok harinya, ESOK HARINYA. Ah masih kurang, perasaan belum lama aku memutuskan untuk bergabung dengan teman-temanku untuk magang di East Java Ecotourism Forum, ah tidak. Masih kurang jauh, perasaan belum lama ini aku bingung mencari lokasi magang. Ya, ya, itu baru benar. Perasaan baru kemarin aku kebingungan mencari lokasi magang. Aku tampak sudah yakin sama satu pilihan tapi ternyata pengajuannya sulit dan memakan waktu lama. Akhirnya aku memutuskan mencari-cari alternatif lain sambil menunggu pengumuman dari lokasi magangku. (Psssst, spoiler yang akan aku ceritakan berikutnya nih).

Ada penawaran magang dari dosenku, aku coba pertimbangkan, ternyata tidak cocok. Ingin kuputuskan mengerjakan skripsiku dulu, ternyata aku masih belum mood untuk melakukannya. Sampai adanya ajakan magang dari Rozani (Ojan) di grup angkatan. Yaya, rasanya baru kemarin aku baca chat itu. But why saat itu aku telat bacanya hh geram sendiri jadinya. Ojan mengajak orang untuk magang sama dia, ada lowongan buat tiga orang magang di EJEF gitu. Ojan mendapat rekomendasi magang di EJEF dari INDECON, karena awalnya dia ingin mencoba ngajuin magang di INDECON tapi kuota magang di sana sudah tidak ada. Sempat berpikir I missed the opportunity karna aku telat baca dan lowongan itu sudah terisi. Lalu kucoba personal chat dia, bertanya siapa tiga orang beruntung itu -beruntung menurutku karna tidak perlu bingung mencari magang eh dah muncul sendiri di grup angkatan-. Tak lama setelah aku tau siapa saja mereka, Ojan menawarkan satu lowongan lagi karna ada yg mengundurkan diri. Tanpa fafifu aku 'oke' kan saja lah!!! akhirnya aku bergabung dengan mereka.Ojan, Dhiny, Dina, dan aku, kami Tim magang EJEF! baru aku beri kabar ke orang tuaku haha.

Waktu itu, kami, Tim magang EJEF, belum tau akan ditempatkan di mana. Beberapa hari berselang setelah memasukkan surat izin ke kampus baru tau kalau akan ditempatkan di Situbondo, objek wisatanya adalah Grand Pathek namanya, letaknya di Desa Gelung.
Pathek pake e kayak 'telur' bukan e kayak 'bebek' ngebacanya. Kalo ngebacanya pake e kayak 'bebek' artinya jadi anjing di bahasa Madura haha.
Begitu tau, langsung tuh kami bingung gimana cara mencapai Situbondo dari Yogyakarta. Situbondo jelas-jelas ada di ujung utara dan ternyata TIDAK ADA jalur kereta api. Apalagi jalur udara. Tenang, ternyata awalnya disuruh mampir ke kantor pusat EJEF dulu di Malang, berangkat dari Malang, tapi tetap saja di Situbondo TIDAK ADA jalur kereta api.

Di Malang, kami bersama ketua EJEF, Pak Agus, briefing mengenai lokasi magang dan program apa yg sedang EJEF jalankan di sana. EJEF sedang membantu mengembangkan Grand Pathek, selama ini pembangunan atraksi wisata di Grand Pathek dan arah pengembangannya belum jelas sehingga bersama EJEF pengelola Grand Pathek ingin membuat masterplan. Lalu langsung ditawari "besok berangkat ke Situbondo, ya?" nggggg ya mau nggak mau kami menjawab.......YA. Waktu briefing juga langsung ditodong pertanyaan "kira-kira langkah perencanaan apa yang akan kalian lakukan di Grand Pathek, besok pagi dipaparkan ya akan ada teman-teman EJEF juga yg hadir" ........lalu kami pulang dan langsung buka-buka buku, belajar dan nyusun praperencanaan ala-ala kami.

Setelah pagi harinya briefing dan pemaparan perencanaan ala-ala kami di rumah Pak Agus, kami dijelaskan bahwa kami ke Situbondo bisa dengan travel dan berangkat malam itu pukul 20.00 WIB, artinya dari saat itu kami ada persiapan selama kurang lebih 8 jam untuk berangkat dan no idea akan seperti apa Situbondo & 3 bulan ke depan......but still excited tho.

Yogyakarta - Malang ditempuh kurang lebih 8 jam naik kereta api, Malang - Situbondo ditempuh kurang lebih 8 jam naik travel. Total 16 jam perjalanan untuk menginjakkan kakiku lagi di Situbondo! Aku memang sudah pernah ke Situbondo, tapi lewat jalur belakang, lewat Banyuwangi, tepatnya waktu aku ke Taman Nasional Baluran.
Taman Nasional Baluran ada di Situbondo, lho teman-teman. 
Itu lah kenapa aku sangat excited untuk menginjakkan kakiku lagi di Situbondo.

Di Situbondo, kami menginap di rumah salah satu keluarga kecil di Desa Gelung. Rumahnya luas, ada dua bangunan utama. Yang satu berbentuk rumah adat Situbondo, Tabing Tongkok, yang satu ada di belakangnya tapi menyatu dengan Tabing Tongkok tersebut.
Tabing Tongkok tampak depan






















Tabing tongkok tampak samping

Rumah kami tsb tidak jauh dari Grand Pathek, kurang lebih 500 m. Dekat sih bisa ditempuh dengan
jalan kaki.

Di rumah, aka pondokan biar ala-ala kkn, ada Bapak, Haji Kukuk panggilannya kalo namanya aslinya  Haji Baiquni. Ada Ibuk, Ibu Tiara, cantik banget astaga ibuk, skincare aja pake Missha. Kemarin waktu kami magang, ibuk lagi bingung mau cari produk skincare lain yang setara Missha tapi lebih murah....ya mana tau kami ibuk, skincare kami alakadarnya :'). Ada Qori, yang sepertinya merupakan anak-beranjak-remaja gaul Situbondo. 

Di rumah ada 2 pohon mangga tapi buah mangganya yg ada di rumah banyak sekaliiii. Bapak memang petani mangga dan setiap minggu kayanya waktunya panen mangga. Mangga-mangga diantar ke rumah. Nggak habis-habis!! Mangga-mangga dari kloter 1 selesai dipack (Bapak dan temen-temennya kalo ngepak mangga bisa sampai jam 2 atau 3 pagi!) trus dikirim ke daerah-daerah eh datang lagi yang kloter 2, gitu  aja terus sampai hari terakhirku magang, entah berapa kloter mangga yang udah datang. Never seen so much mangoes like that before!

+ ada krucil (anak kecil) namanya Ralin, dia dari awal yang paling nakal dan sering dateng ke rumah

Cukup ya pengantarnya, lanjut ni ya, masuk inti cerita ni,

Aku menamai diriku dan ketiga temanku, amateur tourism planner. Bukannya sombong atau gimana tapi emang kerjaan kami selama magang di EJEF ya being a tourism planner. Kami menyusun perencanaan Grand Pathek ala kami sesuai kondisi yang ada di sana dan tentu saja kami masih amatiran. Kami hanya bermodalkan teori dari buku Tourism and Economic Develompent Theories dari Cooper, Chris, dkk (2008) yang disarankan oleh salah satu dosen kami sebelum kami berangkat magang. Output dari kegiatan magang kami adalah presentasi hasil perencanaan yang telah kami rancang di depan Pak Agus dan teman-teman EJEF. Hasil perencanaan kami dijadikan bahan pertimbangan untuk program EJEF di Grand Pathek itu.

Walaupun terdengar pusing, duh jadi tourism planner, sejujurnya magangku ini sangat menyenangkan. Magangku ini aku jadi 'orang lapangan'. Jadi orang lapangan emang asyik tapi ya ada nggak asyiknya. Asyiknya karna langsung terjun ke lapangan, ya kerjanya selayaknya orang lapangan aja, fleksibel, mau jalan kapan atau mau kerja kapan atau mau main kapan ya terserah kami aja. Nggak ada tuntutan harus masuk jam berapa pulang jam berapa kalau kayak di institusi. Aku dan teman-teman aja sempat 2 bulan rutin senam aerobik tiap sore haha. Oya oya, bahkan sempat ke Jember seharian!! Nggak asyiknya kalau terlanjur terlena semaunya sendiri kerjanya ya jadi dikejar deadline buat nyerahin laporan gitu. 

Lalu enaknya jadi orang lapangan ya bisa kenal sama orang-orang baru, bangun channel dengan orang-orang baru. Kalau kami, karna magang di EJEF ini kami bisa dapat channel dari EJEF tentunya, orang-orang Dinas Pariwisata Situbondo, dan pengelola-pengelola pariwisata di sana. Lumayan kan.

Lalu magangnya ngapain aja sih?

Sesampainya di Situbondo, aku dan ketiga temanku ya nggak langsung kerja, kami gegoleran dulu di rumah masih mengumpulkan niat untuk mulai bekerja hehe. Setelah niat kami terkumpul kami mulai mengumpulkan data dari wawancara ke Pak Kades, Bapak dan Ibuk pondokan, teman-teman Bapak pondokan, karena kami benar-benar clueless mengenai Grand Pathek.

Kami juga sering survey lokasi di Grand Pathek untuk melengkapi data kami, senengnya kami bisa sesuka hati masuk ke Grand Pathek tanpa tiket masuk, sampai semua pengelolanya hafal dengan kami. Cerita mengenai Grand Pathek sudah pernah aku tulis lho, di sini: Pantai Grand Pathek, Situbondo.

Kami berfoto bersama Pak Djas (Kades desa Gelung) dan Pak Armadi (Ketua BUMDES Gelung).

Kami juga main-main ke kantor-kantor dinas yang ada di Situbondo, nggak cuma Dinas Pariwisata saja tapi juga dinas-dinas yang lain seperti Dinas Perikanan, Bappeda, dan lainnya. Sampai orang-orang dinas hapal juga sama kami. Another privilege kenal sama Dinas Pariwisata adalah kami sering diajak ke destinasi-destinasi wisata yang ada di Situbondo dan event pariwisatanya.

Kami pernah diajak ke Kampung Blekok, Situbondo Nightventure, ke Rosali Hotel yang dulu tempat menginap Pak Jokowi, masih dijanjikan mengunjungi Taman Nasional baluran tapi belum kesampaian karena kami sudah harus menyelesaikan magang.

Nah, kalau misal ke Grand Pathek kami biasanya cuma jalan aja kalau ke kota tuh kami kebingungan, tapi ada warga yang baiiik sekali meminjamkan kami motor. Everyone meet Mbak Vega dan Mbah Astri, motor Vega R dan Astrea yang kami gunakan selama kami magang.

Kami menamainya Mbak Vega dan Mbah Astri karena motor-motor ini adalah motor lawas dan kondisi seadanya yang penting mesin nyala haha. Vega R walau lebih baru daripada Astrea tapi kondisi motor ini sama-sama seadanya.

Penampakan Mbah Astri

Kami tahu diri nggak mungkin membawa motor-motor tersebut ke kota wkwk, kami hanya memakai kalau ingin pergi di sekitar Desa Gelung saja. Jika kami ingin ke kota, kami pinjam motor Pak Kades atau Pak Ketua Bumdesnya, yang lebih mumpuni performanya (alias bukan motor lawas) wkwk.

Di awal-awal minggu sampai sebulan pertama masih rajin sehabis mengumpulkan data kami berkumpul untuk review data-data itu soalnya kami masih sering menyampaikan hasil kami ke Pak Agus lalu Pak Agus mereview dan memberikan list apa saja yang harus kami teliti berikutnya, minggu-minggu berikutnya udah jarang wkwk karena yang harus kami teliti dan lebih kompleks sehingga butuh waktu lama untuk menyelesaikan, sampai akhirnya sebulan terakhir jadi ngebuuut haha nglembur karena magang kami sudah hampir selesai dan ditagih presentasi hasil di kantor EJEF awal Desember.
Psst: Sebenarnya kami harusnya selesai magang di Desember akhir tapi tiba-tiba bgt, permintaan magangku di salah satu institusi yang aku ajukan sebelum aku bergabung dengan teman-teman tim EJEF diterima!! Aku langsung izin ke Pak Agus, matur apa adanya dan meminta saran. Pak Agus baik sekaliii, membolehkan kami selesai di awal Desember.
Di sela-sela mengerjakan paper dari planning kami, kami harus pergi ke tempat-tempat lain untuk mencari data seperti tadi yang sudah diceritakan ke dinas-dinas atau sekadar ke Grand Pathek. Biasanya kalau kami ke dinas, kami kan pergi ke kota pasti mampir ke KDS Mall (salah satu pusat perbelanjaan di Situbondo, jangan dibayangin kayak mall di Jogja apa di Jakarta gitu ya, yang harga barang-barangnya murah-murah) untuk  refreshing dan cuci mata, window shopping ceunah. Atau kami mampir ke Media, toserba di mana kami membeli kebutuhan bulanan kami dan snack Siip  Nabati sekerdus untuk amunisi kami wkwk we didn't know why we found Siip Nabati is so delicious in Situbondo. Dan pastinya makan siang di C'bezt Fried Chicken, ini McD dan KFC versi lokal yang rasanya 90% sama persis!! My best discovery waktu di Bali & I'm so happy di Situbondo ada, C'Bezt Fried Chicken is kind of our moodbooster

Kami melalui semua itu selama hampir 3 bulan dan we did it! Tgl 6 Desember 2018, kami sampai di  Sekretariat EJEF untuk prrsentasi. Hasil presentasi kami ditanggapi dengan baik dan diberi masukan-masukan yang membangun.

Terima kasih Pak Agus, terima kasih teman-teman EJEF, dan terima kasih teman-teman tim magang EJEF.

Tim EJEF Situbondo & teman-teman EJEF saat di Sekretariat EJEF.

---

A mini story about going to Situbondo using travel:
Naik travel tu ada enak & ada nggak enaknya. Mungkin temen-temen yang sering naik travel udah paham banget ya sama hal ini, but I'm a first timer. Travel nyaman, travel nggak nyaman, pengemudi tenang, pengemudi ugal-ugalan, aku akhirnya sudah merasakan semuanya di berangkat dan pulang dari Situbondo. Lengkap.  
Berangkat ke Situbondo, aku dan ketiga temanku dapet travel yang mobilnya baru, luas, pengemudinya nyetirnya tenang, nyaman, bisa tidur dengan tenteram di perjalanan, good in a first impression deh pokoknya. Sekembalinya, aku dan ketiga temanku dapet kebalikannya. Langsung deh dapet dua pengalaman. Enaknya lagi naik travel, di samping faktor-faktor itu, nanti akan berhenti untuk makan. yeyeye.
---

Ke mana lagi langkah kakiku membawaku pergi? Yuk ikuti! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSTAGRAM