Sebenarnya post blogku ini untuk melengkapi post instagramku mengenai lokasi dari kegiatan magangku. Hampir dua bulan sudah aku dan ketiga temanku 'menggarap' sebuah objek wisata pantai yang terletak di Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Objek Wisata Pantai Grand Pathek namanya.
Pantai ini dulunya merupakan tempat pembuangan sampah dari masyarakat Desa Gelung yang tempat tinggalnya di sekitar Objek Wisata Pantai Grand Pathek. Sebenarnya kabar simpang siur kuperoleh saat bertanya apa bentuk tanah lapang terdahulu sebelum Objek Wisata Pantai Grand Pathek dibangun di atasnya. Yang jelas, ternyata ada kisah perjuangan berdarah-darah yang membuat akhirnya pantai ini menjadi salah satu kunjugan wajib wisatawan kalau ke Situbondo. Bahkan, pernah diliput Ragam Indonesia Trans7 tanggal 7 Oktober 2018 dan kalau kalian googling Pantai Grand Pathek sudah banyak artikel yang meliputnya.
Pantai ini dulunya merupakan tempat pembuangan sampah dari masyarakat Desa Gelung yang tempat tinggalnya di sekitar Objek Wisata Pantai Grand Pathek. Sebenarnya kabar simpang siur kuperoleh saat bertanya apa bentuk tanah lapang terdahulu sebelum Objek Wisata Pantai Grand Pathek dibangun di atasnya. Yang jelas, ternyata ada kisah perjuangan berdarah-darah yang membuat akhirnya pantai ini menjadi salah satu kunjugan wajib wisatawan kalau ke Situbondo. Bahkan, pernah diliput Ragam Indonesia Trans7 tanggal 7 Oktober 2018 dan kalau kalian googling Pantai Grand Pathek sudah banyak artikel yang meliputnya.
Salah satu temanku, Dhiny, sedang berpose di depan gerbang masuk Pantai Grand Pathek |
Ke Nusa Penida ya pasti ke Kelingking Beach! 2 hal tersebut memang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dielak lagi bahwa Kelingking Beach merupakan destinasi yang wajib dikunjungi jika ke Nusa Penida. Kelingking Beach terkenal dengan spot utamanya, Kelingking Secret Point, yang dibuat oleh warga lokal agar wisatawan dapat berfoto dengan latar belakang tebing berbentuk menyerupai Tyrannosaurus Rex. Mendengarnya saja pastilah tidak asing, kan? Pasti langsung terbayang spot yang kumaksud apa.
Baru-baru ini, kebiasaanku sebagai mahasiswa pariwisata yaitu kepo-kepo tempat wisata membawaku kepada sebuah spot yang super mirip sama tebing T-Rex Kelingking Beach ini! Sampai kujuluki KW Super dari Kelingking Beach. Istilah KW Super memang diperuntukkan untuk tiruan benda yang mirip sekali dengan benda aslinya, istilah ini kerap didengar untuk tiruan-tiruan tas atau sepatu.
KW Super dari Tebing T-Rex Kelingking Beach |
Setelah scrolling sosial media, kutemukan fakta bahwa ini bukan tebing tetapi lebih ke gundukan tanah.
*scrolling*
*scrolling*
*searching*
*scrolling*
*searching*
*scrolling*
*scrolling*
*searching*
*scrolling*
*searching*
Wow! Ternyata lokasinya juga tidak jauh dari rumahku yang berdomisili di selatan Jogja. Penasaran di mana, kan???
Wow! Benarkah bisa icip-icip kuliner di Kaki Langit? Benar sekali! Hehe maksudnya icip-icip kuliner di Pasar Kaki Langit. Pasar Kaki Langit ini merupakan pasar kuliner yang menjadi salah satu destinasi digital yang dicanangkan Kementerian Pariwisata Indonesia dan dibangun atas inisasi GenPi (Generasi Pesona Indonesia) Yogyakarta.
Pasti yang terlintas di pikiran adalah rumah makan sederhana yang menjual masakan rumahan setelah mendengar nama dari rumah makan ini. RM Demangan, namanya sangat sederhana dan tidak terlalu unik seperti tempat makan yang hits sekarang ini tetapi siapa sangka rumah makan ini memiliki desain interior yang cantik hingga sampai ke sudut-sudutnya.
Entah memang sudah habit atau turun temurun dari simbah (kakek/nenek), aku memang suka mencari jalan pintas atau jalan tikus jika ingin pergi ke suatu tempat. Jalan pintas itu bisa jadi jalan pintas atau jalan-jalan kecil seperti gang yang memotong lajur sehingga lebih cepat. Nah, kalau sudah begini biasanya malah tidak sengaja jadi blusukan karena ternyata mungkin di tempat itu ada sesuatu yang tiba-tiba menarik hati. Blusukan diambil dari bahasa Jawa yang berarti masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu.
Seperti siang tadi, aku tidak sengaja blusukan saat mencari jalan pintas. Oleh karena itu, judul post ini adalah (tidak sengaja) Blusukan dan mengapa part 1? Karena siapa tahu mungkin akan ada part 2 hehe.
(tidak sengaja) Blusukan kali ini bertempat di sekitar Malioboro. Di gang-gang penghubung Jalan Mataram dengan Jalan malioboro lebih tepatnya. Gang tersebut adalah gang Sosrokusuman. Letaknya di sebelah persis Kantor Gubernur DIY tapi yang sisi Jalan Mataram.
Siang tadi dengan nekatnya aku, mama, dan adik perempuanku pergi ke Malioboro. Bagi warga Yogyakarta pasti sudah tahu benar di saat libur panjang begini memutuskan untuk pergi ke Kawasan Malioboro adalah bunuh diri. Kami order gocar dan akhirnya memutuskan untuk turun di Jalan Mataram saja karena pasti tidak akan dapat masuk ke Kawasan Malioboro. Yak, tepat sekali. Mulai dari persimpangan Hotel Melia Purosani jalanan sudah padat merayap. Sebelum pertigaan Jalan Mataram dan Jalan Mas Suharto akhirnya kami memutuskan untuk turun saja dan menyusuri gang kecil sehingga diver gocar tidak kesulitan untuk keluar dari jalur padat merayap tersebut.
Sebenarnya kami biasa menyusuri gang kecil untuk tiba di Jalan Malioboro tetapi kali ini berbeda. Kami sok ngide lewat gang Suryatmajan RW 10 yang tepat ada di depan pintu mobil gocar kami. Kami kira akan langsung menuju Jalan Malioboro. Saat menyusuri gang tersebut kami sudah merasa parno karena memang tidak pernah lewat gang tersebut. Sing penting yakin (yang penting yakin) semua jalan di gang-gang di sana akan mengarah ke Jalan Malioboro. Kami menemukan persimpangan, ke arah kiri dan lurus. Pikir kami kalau mengambil arah kiri akan sampai ke Jalan malioboro, begitu logikanya. Eh yang kami temukan jalan buntu. Kami segera mengambil arah sebaliknya dan jalan tersebut mengarah ke depan Kantor Gubernur DIY yang sisi Jalan Mataram. Haha itu tidak jauh dari tempat kami turun dari mobil gocar. Untung di sebelah Kantor Gubernur DIY ada gang lagi dan gang tersebut tampaknya hanya memiliki satu jalur yaitu lurus dan tepat ke arah Jalan Malioboro.
Gang tersebut adalah gang Sosrokusuman. Awalnya aku tidak berekspektasi ada sesuatu yang menarik perhatianku saat melewati gang tersebut. Namun, saat melewati deretan tembok yang dicat dan diorek-orek mataku menangkap sesuatu yang menarik. Terdapat mural yang mungkin dilukis oleh warga kampung Sosrokusuman. Mirip-mirip Haji Lane di Singapore lah. Di sini yang menarik adalah tema dari mural tersebut adalah sarkasme tentang keadaan Yogyakarta saat ini. Suara-suara masyarakat yang hanya dapat dituangkan melalui mural.
Ada mural yang berbunyi "Behind your hotel" karena memang letak Kampung Sosrokusuman adalah di belakang Jalan Malioboro dan hotel-hotelnya.
Lalu ada lukisan yang menyindir keadaan Yogyakarta yang dipenuhi gedung-gedung bertingkat.
Ada yang lebih menarik yaitu lukisan seorang anak sedang menatap 'sesuatu' yang hilang lalu ditanya oleh seseorang apa yang sedang ia cari. Anak itu menjawab sedang mencari Kampung Sosrokusuman, tempat tinggalnya, yang hilang karena tergerus pembangunan hotel-hotel dan pariwisata di Malioboro.
Itu gelitikan karena memang dilukiskan dengan karikatur yang lucu. Namun, sarkasmenya lebih mengena lagi. Tidak banyak gambar mural yang dapat kuabadikan karena sedang terburu-buru dan memang jalanan gang tersebut ramai. Harus pintar-pintar mengambil kesempatan untuk jepret foto.
Mungkin, teman-teman boleh mampir sebelum gambar-gambar tersebut hilang terhapus zaman dan air hujan atau lumut. Monggo dipersilakan langsung menyusuri Kampung Sosrokusuman.
! Kebanyakan bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa, bagi teman-teman yang tidak mengerti artinya dapat bertanya ke aku hihi !
aku berfoto dengan latar belakang mural bertema sarkas |
salah satu gambar mural di Gang Sosrokusuman |
adik perempuanku berfoto dengan latar belakang mural bertema sarkas |
Semoga kalimat-kalimat dari suara masyarakat yang terlukiskan di dalam mural dapat didengar semua kalangan dan menjadi aware bahwa ada yang akan terenggut jika pariwisata di Malioboro kian massive. (terlebih untukku).
---
Ke mana lagi langkah kakiku membawaku pergi? Yuk ikuti!
Belum lengkap rasanya jika sudah menulis tentang Kraton Kasunanan Surakarta tetapi belum menulis tentang Pura Mangkunegaran milik Kadipaten Mangkunegaran.
Setelah perjalananku ke Kraton Kasunanan Surakarta, sebenarnya aku langsung melanjutkan berkunjung ke Pura Mangkunegaran. Namun, baru sempat kutuliskan sekarang. Lama sekali ya hahahaha maaf.
Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran |
Menu baru di McD!!! Bagi penyuka McD, kepo banget dengan menu baru McD kali ini. Menu baru ini sudah dapat dinikmati di gerai McD mana saja sejak 4 Juni 2018. Dirimu harus sempat mencobanya, ya!
Awal Bulan Mei 2018 lalu, perusahaan makanan cepat saji asal Amerika yang ada di Indonesia, McDonald's Indonesia (McD), mengeluarkan varian es krim cone terbaru.
Es krim cone orisinal dari McD adalah es krim vanila dengan wafer cone berwarna cokelat yang renyah . Lalu, McD Indonesia sudah lama bereksperimen dengan varian es krim cone miliknya. Sebut saja:
- Choco top, es krim cone vanila dibalut krim cokelat.
- Matcha top, es krim cone vanila dibalut frosting green tea, ketika matcha atau teh hijau sedang naik daun di Indonesia.
- Sea Salt Caramel, es krim cone vanila dicelupkan ke cokelat biru yang memiliki rasa manis dan agak sedikit asin, dalam rangka menyambut boomingnya film Smurf.
- Banana Top, es krim cone vanila dibalut frosting banana, dalam rangka menyambut film Minion.
dan masih banyak lagi.
Kali ini, giliran Vanilla Black Waffle Cone yang naik daun dan menjadi sorotan para foodie (orang yang gemar mencicipi makanan)
Yuk simak mengenai varian terbaru dari es krim ini.
sumber: dokumen pribadi |
Bukan mahasiswa jurusan pariwisata kalau penelitian tidak sambil jalan-jalan dan berwisata.
Pagi tadi, aku dan keempat temanku berkesempatan mengunjungi Objek Wisata Alam Kalibiru dengan tujuan awal mengambil data sebagai langkah awal penelitian untuk tugas kami. Bak mendayung sampan dua tiga pulau terlampaui, observasi kami ini juga sebagai waktu berwisata kami.
Bunderan UGM menjadi titik kumpul kami pukul 07.00. Pukul 07.00 adalah rencana kami. Namun, rencana tinggalah rencana ketika satu dari teman kami sulit dihubungi dan terlambat berkumpul. Jadilah kami berangkat dari titik kumpul kami pukul 08.00. Perjalanan dengan rute lewat Jalan Wates menuju Kulon Progo memakan waktu satu jam karena lalu lintas tidak terlalu ramai.
Ini memang pertama kalinya aku mengunjungi Kalibiru dan tiga dari empat temanku juga mengakuinya. Sebelum berangkat kami sudah diwanti-wanti salah satu teman kami yang sudah pernah ke sana karena jalan menuju ke Kalibiru selain tanjakan-turunan tetapi juga masih bergeronjal. Benar saja, di tengah perjalanan kami menemui beberapa jalan yang masih belum aspal ataupun aspal rusak sehingga bergeronjal. Namun lebih menariknya, ada jalan setapak dengan kiri-kanan pohon-pohon seperti hutan yang kami lewati. Tentu saja, jalannya belum diaspal ditambah lagi sempit dan tanjakan-turunan. Memang menyeramkan, mereka menyalahkanku karena aku yang membawa motor di paling depan. Namun kataku, "Jangan salahkan aku, aku hanya mengikuti google maps." Hahaha tetapi tenang kami sampai di Kalibiru dengan selamat kok, dengan bantuan google maps.
Sesampainya di sana, kami masih harus berjalan menanjak sejauh 200m dari tempat parkir. Wuih, olahraga pagi-pagi. Sudah sampai di objek wisata, kami disuguhi pemandangan perbukitan menoreh dan waduk sermo yang sangat indah. Benar-benar memanjakan mata apalagi untuk kami mahasiswa semester 6 yang sedang dipennuhi beban kuliah dan kkn.
Pemandangan dilihat dari Objek Wisata Alam Kalibiru |
Sebelumnya, kami memang sudah mengetahui jika Objek Wisata Alam Kalibiru terkenal akan spot-spot foto dengan background lanskap pemandangan alam. Jadi ketika kami sampai di sana salah satu temanku menyeletuk, "Aku mau foto-foto di salah satu spot foto ah, sudah jauh-jauh ke sini." Namun, tujuan awal kami adalah observasi untuk tugas. That's! Untungnya, kami bertemu dengan salah satu pengelola yang ramah dan sangat informatif sambil bercerita. Sehingga observasi awal kami cepat selesai.
Akhirnya, kami memutuskan untuk rehat sambil berfoto-foto hehehe. Di Objek Wisata Alam Kalibiru setidaknya ada 6 spot foto dengan bentuk yang berbeda-beda. Ada bentuk panggung, oval, bunga, hati, dan bundar. Selain itu, Objek Wisata Alam Kalibiru juga memiliki atraksi outbound berupa high rope.
Papan Informasi mengenai spot-spot foto di Objek Wisata Alam Kalibiru |
Satu lagi hal yang menarik perhatianku adalah pengelola yang memerhatikan kebutuhan wisatawan. Dulu di tahun 2015 saat objek wisata ini sedang naik daun, antrean panjang terjadi hanya demi berfoto. Lalu, pengelola membuat fasilitas berupa kanopi dan tempat duduk untuk wisatawan yang sedang menunggu giliran foto. Selain itu, bangku-bangku juga disediakan di beberapa lokasi di objek wisata. Wisatawan yang kelelahan dapat istirahat di bangku-bangku yang disediakan. Well done, bapak ibu pengelola!
Kanopi dan tempat duduk di salah satu spot foto yang disediakan pengelola untuk wisatawan yang antre. |
Kami akhirnya memilih spot oval karena dirasa paling besar dan mampu jadi spot foto untuk kami berlima. Namun, kemauan untuk foto full team pupus sudah karena salah satu penjaga spot berkata bahwa tidak bisa minta difotokan penjaga. Yaaah, akhirnya kami bergantian untuk berfoto.
Bergaya bak seorang model, katanya. |
Tenang, spot foto aman digunakan untuk pose foto loncat seperti ini. |
Hehehe the girls! |
---
Ke mana lagi langkah kakiku membawaku pergi? Yuk ikuti!
Taman Nasional Baluran terletak di Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur.
Harga tiket masuk Taman Nasional Baluran
sebesar Rp15.000,00.
Taman Nasional Baluran merupakan salah satu
dari lima taman nasional yang tertua di Indonesia. Taman nasional ini
dianggap unik karena merupakan satu-satunya padang sabana yang ada
di Pulau Jawa. Ketika mengunjungi taman nasional ini, pasti
otak akan langsung membayangkan padang sabana yang ada
di Afrika, apalagi ketika musim kemarau. Di saat musim
kemarau, warna daun dan rumput di Taman Nasional
Baluran akan berubah warna dari hijau menjadi kuning kecokelatan.
Persis seperti padang sabana yang ada di Afrika. Oleh karena
itu, kerap sekali Taman Nasional Baluran dijuluki Africa van Java.
Warna musim gugur di Taman Nasional Baluran |
Translate
Jejak Langkahku Sedang Terlihat di ...
Elisabeth Klara
Pejalan
Pada dasarnya makhluk hidup itu bergerak bukan? Ya, seperti makhluk hidup lain, aku pun begitu. Ke mana kah kakiku melangkah kali ini?
Pilih Cerita
Jejak
Paling Banyak Dibaca
-
Sewaktu aku trip ke Singapura di tahun 2019 lalu, aku memanfaatkan banget fitur visa paywave yang ada di kartu debit Jeniusku untuk naik MR...
-
Dulu aku bertanya-tanya, apa yang ada di dalam gedung ini, bagaimana sistem kerja orang-orang di sini , bagaimana rasanya bekerja di sini...
-
Memasuki komplek Kraton Kasunanan Surakarta langsung disambut gerbang besar berwarna biru. Memasuki gerbang, bangunan berwarna biru langsun...