'Grusak-grusuk' suara penumpang lain membangunkanku, ternyata sudah sampai di Kuala Lumpur. "Bangun-bangun, bas sampai di Berjaya Times Square Turun turun." Astaga kayaknya aku baru tidur sebentar kok sudah sampai saja, pikirku dengan masih linglung. Kulihat jam di layar hp, waktu menunjukkan pukul 04:35 MYT. Susah payah aku memaksakan diri membuka mataku di pagi buta. Aku bergegas turun menyusul yang lain, takutnya bus keburu jalan dan membawaku kembali Singapura hehe.
Bus malam menurunkan kami tepat di depan halte bus Imbi, di seberang Berjaya Times Square. Ternyata begini toh suasananya Bukit Bintang pagi buta. Tidak jauh seperti suasana Malioboro saat pagi buta. Senyap tapi masih terasa sisa-sisa keramaian. Malioboro dan Bukit Bintang sama-sama pusat perbelanjaan, bedanya ya cuma satu ada di Yogyakarta dan satu di Kuala Lumpur jadi menurutku perbandingannya apple to apple hehe.
Foto ini diambil pukul 04:54 MYT dan dalam keadaan takut hpku disamber orang tidak dikenal, saat itu sepi betul 😟 |
Aku, Aldo, Suryo dan Pici masih duduk di halte meskipun bus sudah lama berlalu. Kami mengumpulkan nyawa kami sambil memikirkan rencana setelah ini kami harus ke mana karena sejujurnya kami belum merencanakan apapun. Kami tahu kalau akan tiba di Kuala Lumpur sekitar pukul 5 pagi, kami juga sudah tahu kalau check-in penginapan baru bisa pukul 14:00 tetapi kami tidak mau keliling Kuala Lumpur sambil geret-geret koper lagipula ini masih pagi buta, mana juga objek wisata yang sudah buka. Di tengah lamunan kami, seorang bapak mendekat dan berbicara dengan logat Melayunya,"Nak pergi mana? Mari teksi, ke tempat menginap? Ke Pinang? Mari nak pergi mana?" Oh ternyata Bapak tersebut menawari tumpangan. Pici menolaknya dengan logat Melayu pula, ah iya Pici kan asli Kepualauan Riau jadi bisa ya logat Melayu. Bapak tersebut lalu meninggalkan kami tanpa menawari apapun lagi. Kami kembali memikirkan rencana.
"Bagaimana kalau kita coba ke penginapan dulu, siapa tau bisa early check-in? Atau mungkin bisa titip koper dan barang-barang?" Kata Suryo dan Pici saling melengkapi, "Lalu kita tunggu sampai matahari terbit di KFC, ya?" sahutku yang diikuti persetujuan dari yang lain. Yippii aku tahu mereka setuju karena memang tidak ada pilihan lain haha. kami berjalan menyusuri area Bukit Bintang untuk ke penginapan kami, OYO 304 Zero Hotel. Suasana pagi buta membuatku tidak mengenali area Bukit Bintang padahal dulu di 2017 sudah pernah ke sini, rasanya berbeda sekali menyusuri di saat siang hari hingga malam hari yang ramai dan pagi buta yang senyap.
Penginapan kami ternyata letaknya tidak jauh dari Gang Jalan Alor, Bukit Bintang, pusat jajanan streetfood yang terkenal di Bukit Bintang itu. Begitu sampai di depan penginapan, ternyata kami masih harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk menuju ke receptionist desknya karena letaknya ada di ujung tangga lantai pertama. Terdapat tangga terusan untuk ke lantai kedua penginapan. Pintu menuju resepsionis di OYO 304 Zero Hour Hotel modelnya mirip seperti pintu Drop Inn Hostel penginapan kami di Singapura, terdapat kode yang dapat diakses pengunjung sehingga dapat langsung masuk jika mengetahui kodenya. Pengunjung baru dan belum mengetahui kodenya dapat memencet bel dan menunggu petugas resepsionis membukakan pintu. Cukup lama juga kami menunggu petugas front desk membukakan pintu untuk kami, wah tampaknya sedang tidur pikirku. Ketika sudah dibukakan, kami langsung mengatakan tujuan kami ingin early check-in tetapi ternyata tamu hotel ini sedang penuh-penuhnya pada saat itu sehingga kami tidak dapat early check-in. Untung diperbolehkan untuk menitipkan koper, tas, dan barang-barang kami lainnya di hotel karena check-in baru bisa pukul 14:00, untung deh jadi nggak perlu geret-geret koper ketika menjelajahi Kuala Lumpur nanti 😌.
Kami dipersilakan menaruh koper dan barang bawaan kami lainnya di suatu ruangan seperti ruangan penyimpanan barang-barang hotel dan tidak ada loker jadi kami inisiatif mengunci koper dan tas kami sendiri seaman mungkin. Selesai menaruh barang bawaan dan memastikan koper dan tas aman kami segera meninggalkan hotel. Waktu menunjukkan pukul ???, matahari sebentar lagi terbit menurut perkiraan google. Akhirnya dengan langkah pelan karena masih menahan kantuk, kami menyusuri Bukit Bintang untuk menuju ke KFC. Mengemper lagi, bedanya sekarang di KFC, bisa pesen makan untuk sarapan dan juga bisa cuci muka sekalian gosok gigi ✌😄.
Rencana kami hari ini sudah fix akan menjelajahi Kuala Lumpur saja di 1 hari ini. Hanya 1 hari ini waktu yang kami punya sehingga dipakai untuk jalan-jalan di Kuala Lumpur sudah sangat cukup. Besok kami hanya ada waktu setengah hari untuk jalan-jalan karena akan bertolak balik ke Indonesia. Lalu kami memutuskan untuk menjelajahi Kuala Lumpur menggunakan bus gratis, nama busnya go KL. Bus go KL memang diperuntukkan untuk wisata menyusuri kota tetapi rute dan jalurnya hanya di dalam kota Kuala Lumpur saja dan gratis. Bus ini memiliki rute dan jalurnya, berhenti juga di titik-titik yang telah ada di peta. Namun menurut kami, titik pemberhentian bus-bus ini sulit dikenali untuk orang yang pertama kali naik karena di beberapa titik tidak ada penanda khusus ataupun halte, terlebih titik pemberhentian yang ada di kawasan Bukit Bintang. Kami cuma mengandalkan penumpang bus lain, jika terlihat ada yang naik akan naik bus ini tinggal kami ikuti saja. Titik pemberhentian bus-bus ini juga beberapa tidak tepat berada di depan tempat-tempat wisata sehingga beberapa kali kami masih harus berjalan kaki menuju tempat-tempat wisata tertentu.
Menurutku penting banget untuk melihat peta rute dan jalur bus Go KL karna bus Go KL terdiri dari 4 warna jalur jadi bakal tahu jalur bus yang harus dinaiki dan rutenya akan ke mana saja. |
Jika teman-teman saat di Malaysia ingin menjelajahi Kuala Lumpur, aku rekomendasiin banget pakai bus gratis ini saja. Bus ini sudah menjangkau tempat-tempat wisata yang ada di Kuala Lumpur dan bisa diakali juga untuk dijadikan moda transportasi untuk menjangkau tujuan-tujuan lain teman-teman selama di Kuala Lumpur. Jadi, bisa menghemat biaya transportasi selama di Kuala Lumpur dehh 😀
Warna bus go KL adalah merah muda sehingga pasti mudah dikenali. |
Alternatif transportasi selama Kuala Lumpur beragam jenisnya. Ada transportasi umum berupa KL Monorail, LRT, dan MRT. Tiket ketiga moda transportasi tersebut dapat dibeli di vending machine yang berada di masing-masing stasiun, untuk LRT dapat juga memakai kartu Touch n Go. Jika ingin tetap naik bus sebagai alternatif transportasi yang murah terdapat Bus Rapid KL tetapi sekarang pembayaran sudah tidak dapat tunai, teman-teman harus memiliki kartu Touch n Go yang dapat dibeli di minimarket seperti 7-eleven dan bisa diisi ulang (sistemnya seperti e-money, tapcash, atau flazz). Sayangnya belum visa paywave sehingga Jeniusku tidak dapat ditap untuk transportasi di Kuala Lumpur. Jika tidak ingin naik transportasi umum, teman-teman dapat menggunakan taksi dan taksi online (grab dan uber).
Balik ke cerita karena kami masih ada di KFC Bukit Bintang nih. Kalau dihitung hampir 3 jam kami mendekam di sini. Dari pukul 5:20 -- 8:30 MYT. Kami pun menikmati momen langit Malaysia berubah dari gelap dan perlahan terang seiring terbitnya matahari .
from this |
to this |
Setelah keadaan sudah terang, kami beranjak dari KFC dan tujuan pertama kami adalah mencari mesin ATM. Walaupun kami sudah menukar dollar singapura kami dengan ringgit di Golden Miles Complex tetapi tentu tidak akan cukup untuk 2 hari kami di Malaysia. Terlebih takutnya transaksi-transaksi nanti tidak bisa pakai kartu debit.
Setelah merasa secure karena sudah mengantongi cukup uang, kami mulai perjalanan menjelajahi Kuala Lumpur. Kami menuju Pavillion Bukit Bintang untuk mencapai halte Go KL yang akan membawa kami ke menara KLCC, destinasi awal kami. Di atas aku sudah cerita kan kalau di Bukit Bintang ini titik pemberhentian bus Go KL sulit ditemukan karena tidak ada penanda. Untungnya di depan Pavillion Bukit Bintang beberapa kali ada bus Go KL yang berhenti untuk menurunkan penumpang, jadi kami tinggal menunggu bus Go KL dengan jalur warna hijau dan naik saja.
Bolang si Bolang |
Perjalanan cukup lama, sekitar 20 menit untuk menuju ke KLCC. Bus pagi itu cukup ramai, tampaknya beberapa warga Kuala Lumpur pun menggunakan Bus Go KL untuk menjalankan aktivitasnya. Ya ngga salah sih, mumpung gratis kan jadi bisa menghemat biaya transport. Sampailah kami di menara KLCC dan saat itu waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Wow ramai sekali suasananya tapi bukan ramai turis. Ah iya, di menara KLCC ini kan terdapat pusat pembelanjaan dan kantor ya, hari ini pun bukan weekend sehingga pasti jam segini ramai orang bekerja dan mungkin menunggu pusat pemberlanjaannya bua. Kami tidak lama di sini, kami tidak ingin berbelanja juga, hanya berfoto sebentar sebagai cap jika sudah pernah menginjakkan kaki di sini karna ini landmark Kuala Lumpur, betul bukan??
Kami hanya duduk-duduk di Taman KLCC |
Dari menara KLCC kami melanjutkan perjalanan kami ke destinasi berikutnya yaitu Central Market. Tujuan kami ke Central Market tentu saja belanja dong mau apa lagi. Kami ingin membeli pernak-pernik cinderamata yang menggambarkan Kuala Lumpur atau Malaysia banget, tentu maksud kami adalah gantungan kunci dan magnet kulkas bertuliskan atau menggambarkan Kuala Lumpur dan Malaysia haha. Di Central Market ini kami bisa mencarinya dengan beragam jenis dan harga, pintar-pintar saja mendapatkan dengan harga yang pas di kantong karena rata-rata yang dijual juga sejenis cuma kadang antara satu penjual dengan yang lain bisa beda harga. Saranku mending kelilingi dulu saja Central Market, mulai dari penjual yang di luar hingga di dalam biar nemu yang pas di hati dan pas di kantong.
Di sini area wajib jaga dompet, biar nggak boros😝 |
Klara akan kalap dalam 3.... 2....hahaha o tidak. |
Oiya!!! Selain beli gantungan kunci dan magnet kulkas, tujuan lainnya adalah membeli cokelat Beryl's. Lebih murah soalnya hihi. Yaampun yang isinya almond enak bangeeeet, yang matcha juga enakkkkk. Konsumsi gula harianku bertambah tidak apa lah kalau makan cokelat Beryl's ini 😋. Kami membeli Beryl'snya di salah satu kios yang ada di dalam Central Market, letak kiosnya berada di tengah-tengah area, yang jual ternyata Makcik dari Indonesia cuma aku lupa asal daerahnya. Baik sekaliiii, kami ditawari banyak free sample cokelat Beryl's dan boleh menawar hihi :') Aku beli utuk oleh-oleh dan titipan juga. Wah lumayan ya ini untuk produk bisnis jastip wkwkwk.
Tiap ke Malaysia harus banget beli cokelat Beryl's |
Tidak terasa hampir 2 jam kami berada di Central Market. Kami memutuskan untuk melanjutkan ke destinasi berikutnya yang tidak jauh dari Central Market, yaitu Dataran Merdeka. Sebelum ke sana, kami belok dulu ke rumah makan terdekat karena perut sudah keroncongan parah. Saat berjalan ke Central Market tadi, kami melihat warung makan ayam di depan Central Market dan memutuskan akan makan siang di sana. Aku, Aldo, dan Suryo memesan Nasi Lemak tapi yang ini Malaysia punya, Pici memesan Nasi Kandar. Turns out, aku lebih suka Nasi Lemak yang dijual Adam's Corner saat di Singapura, nasi dan lauknya lebih enak di sanaa huhu apa karena memang ada harga ada rupa? Karna selisih harganya lumayan juga, di Adam's Corner 2x lipat harga warung ayam ini. Nasi kandar yang dipesan Pici enakkk menurut lidahku, bumbu karinya terasa sekali. Mengingatkanku akan nasi padang tapi ini lebih terasa karinya.
Nasi Lemak Ala Malaysia |
Setelah perut terisi kami siap melanjutkan perjalanan ke Dataran Merdeka dengan berjalan kaki. Jaraknya nggak jauh kokkk makanya kami memilih akan berjalan kaki saja. Menurut google maps cuma 4 menit tapi ternyata waktu kita jalani kayak 14 menit hahaa, atau karena sudah siang ya jadi panas banget tu jadi gerahnya bikin tambah capai. Astaga ternyata perjalanan kami ke Dataran Merdeka itu pas jam 1 siang, ya pantes yaaa, panasnya lagi kentang banget alias scorching. Mengikuti rute di google maps kami ternyata diarahkan melewati jalur belakang, melewati jalan titian gitu yang bisa melihat sisi belakang Masjid Jamek dari kejauhan. Kayanya jalan titian ini memang ditujukan untuk pedestrian. Jalur jalan titian ini berakhir di pintu samping Gedung Sultan Abdul Samad.
Masjid Jamek kalau dilihat dari sisi belakang |
Zoom 10x 😁 |
Ini pengalaman baru buatku, aku baru pertama kali melewati jalur itu untuk menuju ke Dataran Merdeka. Di tahun 2017 aku pernah ke Dataran Merdeka tetapi lewat jalur depan jadi bisa melihat Museum tekstil, Perpustakaan Kuala Lumpur, dan Gedung Sultan Abdul Samad dari depan. Seperti di postingan instagramku di bawah ini.
Nah di trip kali ini aku bisa melihat sisi lain Gedung Sultan Abdul Samad ini.
Tampak Gedung Sultan Abdul Samad dari samping |
Karna siang itu memang panas terik, kami tidak berlama-lama di Dataran Merdeka. Hanya aku dan Aldo yang berfoto-foto sebentar sedangkan Pici dan Suryo memilih untuk beristirahat dan berteduh. Tampak di dataran merdeka turis-turis asing yang berkerumun.
Cuaca di Dataran Merdeka yang sedang sangat terik membuatku hanya mampu mengambil gambar dari tempatku berteduh |
Mobil-mobil parkir di pinggiran Lapangan Merdeka, boleh ya? |
Bagi mereka mungkin cuaca terik adalah berkah yang dicari |
Kami lalu mengejar bus Go KL yang walaupun letak haltenya berada di depan Lapangan Dataran Merdeka tetapi bus yang datang cukup lama. Jadi begitu ada bus kami langsung naik.
Bus o KL jalur warna merah (red line) berhenti tepat di depan Gedung Sultan Abdul Samad. Di seberangnya, tepat di depan lapangan Dataran Merdeka, bus Go KL juga berhenti di situ. |
Ingat ini kondisinya kami belum check-in hotel kan jadi tujuan kami berikutnya adalah kembali ke hotel untuk check-in. Saat kami naik bus dari Dataran Merdeka itu waktu telah menunjukkan pukul setengah 2 siang. Aku kira perjalanan menuju ke hotel hanya akan memakan waktu kira-kira setengah jam. Ternyata....1 jam! Kami harus menuju ke Stesen Bas Pekeliling di daerah Chow Kit untuk transit bus ke jalur yang menuju Bukit Bintang dulu. menuju ke sentral bas membutuhkkan waktu kurang lebih 30 menit di sana kami masih harus menunggu bus datang lalu menunggu lagi karna busnya mangkal dan akhirnya mesin bus menyala kami pun ke Bukit Bintang. Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit juga, aku sampai tertidur di perjalanan saking capainya untung saja barang belanjaan dan bawaan aman. Agak seram juga sih ketiduran saat perjalanan, duh khilaf banget tapi pas itu.
Begitu sampai di Bukit Bintang, kami turun bukan di pemberhentian dekat Pavillion tetapi di halte yang berada di Jalan Sultan Ismail. Halte ini ada tanda kalau di situ merupakan tempat pemberhentian bus Go KL. Jadi ternyata juga bisa naik dan turun bus Go KL dari situ yang lebih bertanda jelas. Turun di halte Jalan Sultan Ismail juga ternyata lebih dekat dari OYO 304 Zero Hotel, penginapan kami. Kami tinggal jalan menyusuri gang, ah nggak sampai 5 menit kok. Ketika jalan menyusuri gang tersebut, aku menemukan Haji Lane khas Malaysia. Jadi gangnya dicat warna-warni gitu, lucu, aku teringat pernah menemukan artikel yang membahas gang ini saat mencari-mencari destinasi di Kuala Lumpur.
Mirip emoji 🚶 nggak sih? |
Begitu sampai di hotel, kami langsung naik menuju resepsionis dan check-in. Kami masih harus membayar tax sebesar MYR 10 dan deposit kamar sebesar MYR 50. Kamar kami terletak di lantai 2 karena kami memesan kamar untuk berempat yang berisi 2 double bed. Kami langsung diberi tahu nomor kamar dan kode akses pintu lalu bergegas menuju kamar karena sudah ingin baring-baring. Oiya dan mandi!!! hahah kami kan belum mandi, terakhir mandi kemarin malam 😆😝.
Kami mendapat kejutan begitu sampai di kamar. Kejutannya yaitu kamarnya tidak seperti yang kami perkirakan, in a good way ya alias lebih bagus dari kami perkirakan. Ya at least perkiraanku dan Aldo lah haha. Di cerita saat aku merencanakan trip ini (baca: Merencanakan Trip Murah ke Singapura dan Malaysia 2019), aku menceritakan Aldo agak was-was mau pilih penginapan OYO karena pernah punya pengalaman kamar yang nggak mengenakan di salah satu hotel yang bekerja sama dengan OYO. Tapi kamar di sini beyond our expectation. Kamar seharga 55rb perorang yaa, udah bersih, kasurnya ya walau ga seempuk di Drop Inn tapi udah enak, pakai AC, kamar mandi dalam!!! (walau kecil but it's OK laaaaaa). Daaaan di hotel kami ada balkon hahaha tambah mantap lah bisa menikmati suasana salah satu gang di kawasan Bukit Bintang ini. Suryo tu yang paling seneng, bisa ngrokok di balkon wkwk.
Saat kami sudah mulai menata barang-barang di kamar, hujan turun. Untunglah, Puji Tuhan, hujan turun begitu kami sudah sampai di hotel. Bayangkan kalau di saat kami masih berjalan-jalan, wah pasti runyam dan mood jadi jelek.
Enak banget hujan-hujan duduk di balkon hotel sambil makan mie cup, tapi itu cuma di bayanganku saja karena aku tidak punya mie cup hahaha. Walau tepat di bawah dan di seberang hotel ada minimarket tapi mager banget turun dan hujan-hujan. Yasudah hanya bisa bengongdi balkon hotel menikmati suasana. Sesekali melihat orang lalu lalang dengan menggunakan payung.
Mulai gelap, suasana kawasan Bukit Bintang ini mulai bergeliat. Kocaknya, aku juga tidak sadar kalau sepertinya penginapan kami ada di kawasan red zone :'). Ketika mulai gelap itu, mbak-mbak berpakaian seksi mulai berjajar-jajar di depan bar, tempat massage dan pijat, dan menyebarkan brosur. Aku mulai sadar ketika Suryo dan Aldo tahu apa maksud mbak-mbak itu. Ternyata mbak-mbak itu juga sudah mulai menyebarkan brosur ketika kami datang tadi ah tapi aku yang nggak sadar apa maksudnya. Memang eberapa kali ada turis mancanegara (ada yang dari Eropa atau India) yang berjalan dan sengaja diberhentikan oleh mbak-mbak itu, sudah obvious lah ya maksudnya itu apa tapi kok aku telat sadar yaa 🤦♀️. Hih malah Suryo dan Aldo ingin social experiment berjalan di depan mbak-mbaknya dan melihat akan diberhentikan atau tidak ahaha kocak kocak.
Memasuki pukul 7 malam, perutku sudah tidak dapat kompromi. Lapar sekali. Aku ada pilihan, kalau masih hujan oke lebih baik turun ke minimarket bawah saja dan membeli mie cup atau pergi ke TG Nasi Kandar. Menurut review nih, TG Nasi Kandar ini reviewnya bagus dan paling sering didatangi kalau ke Kuala Lumpur. Beruntungnya TG Nasi Kandar ini letaknya sangat dekat dengan hotel pilihan kami. Untungnya, hujan sudah mulai berhenti. Aku dan Aldo memutuskan ingin ke TG Nasi Kandar karena ingin lanjut menyusuri Bukit Bintang pada malam hari. Suryo pun ternyata ingin makan TG Nasi Kandar tetapi Pici ternyata tiba-tiba merasa tidak enak badan, waduh mungkin karena sangat kecapaian dan beberapa kali mengemper juga kan. Aku merasa tidak enak tetapi Pici berkata tidak apa cuma kecapaian. Pici jadi tidak ingin ikut ke TG Nasi Kandar, ia meminta dibungkuskan saja, bagus deh yang penting tetap makan. Aku agak was-was mau keluar hotel, takut Aldo digodain mbak-mbanya hahaha tetapi ternyata tidak juga lho. Mbak-mbaknya bukan yang langsung nyosor gitu.
Di TG Nasi Kandar aku dan Aldo pesan Nasi Ayam dan Roti Prata, Suryo memesan Nasi Ayam. Usut punya usut ternyata Nasi Kandar adalah nasi campur bumbu kari yang isinya terdiri dari lauk dan sayur. Yaampun.....soalnya waktu di warung ayam depan Central Market yang Pici pesan Nasi Kandar itu sudah lengkap langsung seperti nasi padang nah di menu cuma tertulis Nasi Kandar. Di TG Nasi Kandar ini menunya ada pilihan nasi lauk saja (bisa pilih ayam, ikan, kambing, dll) atau nasi lauk sekalian sayur + kuah karinya. Ya sudah kami memesan nasi ayam saja yang paling murah dan tidak terlalu suka sayur ahahaha. Yang paling aku tunggu-tunggu ya roti naan, endeusss!!
Setelah makan, aku dan Ado berpisah dengan Suryo. Suryo harus mengantarkan Mee Goreng pesanan Pici dan Suryo pun tidak sedang ingin jalan-jalan di Bukit Bintang yang isinya memang cuma pusat-pusat perbelanjaan. Sebenarnya aku bisa sendiri saja toh ada google maps karena aku tahu Aldo juga nggak terlalu ingin window shopping apalagi belanja tapiii Aldo lagi lagi nggak mau aku jadi anak ilang wkwk ih padahal kan enggak 😠, yaudah deh dia ikut.
Aku teringat di 2017 itu aku 2x ke Bukit Bintang, pertama saat free time malam hari. Aku naik MRT karena penginapanku saat itu lumayan jauh jaraknya. Kedua di siang hari di keesokan harinya karena mencari beberapa jastip. Bukan main pegelnya kaki tu, bener lho rasanya tidak seberapa jalan ternyata sudah lebih dari seribu langkah. Nah kali ini, aku tidak mau seperti itu. Aku memutuskan akan ke Pavillion saja, window shopping terus pulang karena besok masih ada agenda perjalanan menanti. Di Pavillion juga aku nggak beli apa-apa, cuma mampir ke toko-toko brand yang tidak ada di Indonesia. Ngiler sih tapi "inget budget inget budget" kataku gitu terus untuk menguatkan diri haha.
Suasana Bukit Bintang malam itu masih sama seperti aku berkunjung 2017 lalu, masih ramai dan sepertinya hujan tadi tidak menyurutkan keramaian deh. Spot dulu aku melihat orang perform nyanyi sekarang jadi spot orang perform sulap. Spotnya sama, di depan Mekdi Bukit Bintang, yang pernah ke Bukit Bintang pasti tahu deh. Pulangnya dari Pavillio aku dan Aldo mencoba lewat rute yang berbeda untuk lebih menyusuri Bukit Bintang aja alasannya. Kami lewat Jalan Alor, pusat streetfood di Bukit Bintang. Ini ni lebih bikin ngiler daripada barang-barang yang dijual di Pavilliun.
Kiri kanan kulihat saja banyak makan-makanan😋 |
Astagaaa ingin beli ini itu, cuma perut masih kenyang banget dan "hemat hemat ayo inget budget" kata sanubariku hahaha. Selain itu, Jalan Alor ini juga super ramai. Bentuknya cuma gang memanjang gitu, sisi jalan juga sebagian dipakai untuk kursi-kursi resto yang ada, jadi terasa sempit penuh sesak. Aku nggak kuat sih sama ramainya, mungkin kondisi juga lagi capai juga jadi kesannya lebih penuh sesak gitu. So, let's try in another time!!! Harus banget sih kalau ke Kuala Lumpur jajan di sini.
Gimana nggak ngiler?!😋 |
Capai sekali sehari ini tapi aku senang bisa kembali mengunjungi Malaysia dan kali ini perjalanannya sungguh berbeda. Kulihat jam di layar hpku, hampir pukul 11 malam aku dan Aldo sudah berada kembali di hotel. Untung saja tadi sore aku sudah menyempatkan mengepak barang-barang dan belanjaanku sehingga besok pagi tidak perlu ribet-ribet untuk mengepak terus malam ini aku bisa langsung tidur dehhh.
Kira-kira jejak langkah kami menjelajah Kuala Lumpur dalam 1 hari ini ya tampak seperti ini |
Aku sangat ingin beristirahat kerena agenda perjalanan di hari terakhir kami juga tidak kalah padat. Kami berencana ingin ke Batu Cave lalu bertolak ke Putrajaya dan akhirnya bertolak untuk kembali ke Indonesia.
Namun......pagi-pagi bangun tidur keesokan harinya aku sudah disambut oleh hal di luar rencana, astagaa gimana dong??!
....bersambung.
---
Budget Backpacker Singapura - Kuala Lumpur Hari Kelima (7 November 2019):
! harap diingat ini merupakan pengeluaran pribadiku dan harga ini merupakan harga yang berlaku di bulan November 2019 dan sudah dibulatkan ke ribuan terdekat. Kurs MYR yg berlaku saat itu menurut kurs dari Jenius (MYR 1 = Rp3.381,00) sumber https://id.exchange-rates.org/Rate/MYR/IDR/2019-11-07 !
Komponen Perjalanan | Unit | Harga | Harga Perorang | Harga dalam rupiah |
Transportasi | ||||
Bus Go KL | 1 | gratis | gratis | gratis |
Konsumsi | ||||
Breakfast Wrap Twister Lite KFC | 1 | MYR 3.90 | MYR 3.90 | Rp 13.185,9 |
Makan Siang: Nasi Lemak | 1/2 | MYR 6.80 | MYR 3.40 | Rp 11.495,4 |
Makan Malam: Nasi Ayam TG Nasi Kandar | 1/2 | MYR 5.50 | MYR 2.75 | Rp 9.295.75 |
Roti Naan Butter | 1/2 | MYR 3.50 | MYR 1.25 | Rp 4.226,25 |
Lainnya | ||||
Cinderamata* | 4 | MYR 14.80 | MYR 14.80 | Rp 50.038,8 |
Cokelat Berryl's* | 6 | MYR 33.00 | MYR 33.00 | Rp111.573 |
TOTAL | MYR 59.10 | Rp199.817,1 |
Di hari keempat perjalananku ini, pengeluaranku sebesar Rp200.000,00 😃
---
Cerita Trip Singapura - Malaysia 2019 episode yang lain:
- Merencanakan Liburan Murah ke Singapura dan Malaysia 2019 (Tips Liburan Murah)
- Pakai Jenius Untuk Naik MRT dan Bus di Singapura
- Part 1: Ngemper!!!!
- Part 2: Universal Studio Singapore Day!
- Part 3: Mencicipi Kopi dan Roti Mentega Legendaris, Berfoto di Landmark Singapura, Yes Sudah Sah ke Singapura!
- Part 4: Bertolak ke Kuala Lumpur dengan Bus Malam
- Part 6: Melipir ke Putrajaya Sebelum Pulang
---
Ke mana lagi langkah kakiku membawaku pergi? Yuk ikuti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar